Minggu, 16 November 2014

Sekilas info tentang tembakau di Boyolali


Tembakau Di Boyolali



 
Tembakau adalah hasil bumi yang diproses dari daun tanaman yang juga dinamai sama. Tanaman tembakau terutama adalah Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica, meskipun beberapa anggota Nicotiana lainnya juga dipakai dalam tingkat sangat terbatas.
Tembakau adalah produk pertanian semusim yang bukan termasuk komoditas pangan, melainkan komoditas perkebunan. Produk ini dikonsumsi bukan untuk makanan tetapi sebagai pengisi waktu luang atau "hiburan", yaitu sebagai bahan baku rokok dan cerutu. Tembakau juga dapat dikunyah. Kandungan metabolit sekunder yang kaya juga membuatnya bermanfaat sebagai pestisida dan bahan baku obat.
Tembakau merupakan produk yang sangat sensitif terhadap cara budidaya, lokasi tanam, musim/cuaca, dan cara pengolahan.Salah satu tempat yang memproduksi tembakau di Indonesia adalah Boyolali.  Komoditas tembakau asepan jenis grompol asal Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mampu menembus pasar Eropa. Tembakau asepan asal Boyolali diproduksi untuk melayani permintaan di Itali dan Belanda. tanaman tembakau asepan di Boyolali banyak ditanam di Kecamatan Banyudono, Sawit, Teras, dan Mojosongo dengan total lahan seluas sekitar 300 hektare. Tembakau asepan di Boyolali mampu berproduksi sebanyak 1,8 ton per hektare, sehingga jumlah ekspor ke Eropa rata-rata sekitar 450 ton per tahun. Tembakau jenis tersebut dibutuhkan konsumen di Eropa sebagai bahan pengisi cerutu. Tembakau asepam asal Boyolali ini untuk sementara tembakau lainnya asal Boyolali yakni jenis rajangan grompol dipasarkan di pasaran lokal dan tembakau rajangan untuk memenuhi kebutuhan perusahan rokok lokal.Lahan tanaman tembakau jenis rajangan di Boyolali hingga saat ini seluas 1.800 hektare dan banyak ditanam di daerah Kecamatan Selo, Musuk, Ampel, Cepogo, dan Juwangi.Tembakau rajangan ini mampu berproduksi antara enam hingga delapan kuintal per hektar.
Meskipun tembakau rajangan miliki produksi lebih sedikit dibanding jenis asepan, tetapi harganya di pasar lebih bagus yakni Rp30 ribu per kilogram hingga Rp40 ribu per kilogram. Lebih rendahnya produksi tembakau jenis rajangan karena lahannya bukan irigasi, sehingga daunnya lebih kecil dibanding jenis asepan.
Namun sekarang stok tembakau di petani maupun pengepul mulai berkurang pada akhir musim panen, sehingga mempengaruhi harga di pasar lokal tetap bertahan tinggi.Harga jenis tembakau rajangan atau oleh warga setempat disebut tingwe saat ini mencapai Rp30 ribu per kilogram dan grompol Rp40 ribu per kilogram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar